SEJARAH DUBBING JTV
Juni 11, 2008
SEJARAH DUBBING FILM JTV
JTV yang merupakan singkatan dari Jawa Televisi, adalah stasiun televisi swasta di Kota Surabaya, Jawa Timur. JTV adalah televisi swasta regional pertama di Indonesia. Jangkauan JTV meliputi hampir seluruh provinsi Jawa Timur dan sebagian Jawa Tengah.
Beberapa acara JTV (termasuk acara berita, dialog, dan sinetron) disajikan dalam Bahasa Jawa Dialek Surabaya (Boso Suroboyoan), bahkan sejumlah film asing pun di-dubbing ke dalam Boso Suroboyoan. Diantara program acara JTV adalah Pojok Kampung, Pojok Medhureh (berita dalam Bahasa Madura), dan Pojok Kulonan (berita dalam Bahasa Jawa Tengahan).
Stasiun televisi ini dimiliki oleh Jawa Pos Grup, yang juga memiliki afiliasi surat kabar dan stasiun televisi di Indonesia.
Ketika Film-Film Asing Di-dubbing Pakai Bahasa Suroboyoan :)
Hairul Anas Suaidi [sma1pamekasan]
Thu, 22 Dec 2005 01:48:34 -0800
Intermezzo Pak Kyai..
Buat yang ngaku “Arek”
*Ketika Film-Film Asing Di-dubbing Pakai Bahasa Suroboyoan
*Yang Ngisi Suara Pun Tak Bisa Menahan Tawa
Mulai Mei nanti, JTV punya program baru. Namanya Film-Film Asing Boso Suroboyoan. Sesuai namanya, program ini menayangkan film-film luar negeri. Hanya saja, film-film itu disulih suarakan (dubbing) dengan bahasa Soroboyoan.
———————–
Bayangkan, suatu saat nanti Anda menonton Tomorrow Never Dies-nya James Bond. Bayangkan pula agen rahasia itu bekejar-kejaran seru dengan para penjahat dengan memakai BMW silver metalik. Dalam kejar-kejaran itu, Bond minta musuhnya untuk menyerah. “Mandego koen! Lugurno pistolmu! (Berhenti! Jatuhkan senjata! , Red),” kata agen ganteng itu memakai bahasa Suroboyoan yang medok. Sepintas mungkin terdengar lucu. Ada orang bule asli kok ngoceh memakai bahasa Jawa.
Tetapi, konsep itulah yang ditawarkan JTV lewat program Film-Film Asing Boso Suroboyoan-nya. Program ini akan mulai tayang pada Mei nanti. Saat ini, sudah ada dua serial dan sepuluh film lepas yang siap tayang. Dua serial itu adalah Love Talks dan Swordman.
Love Talks adalah film drama dengan setting kisah cinta profesional muda di Shanghai. Sedangkan Swordman berkisah tentang jagoan pedang di Tiongkok. Lalu ada film lepas Tunnel Vision, film action tentang seorang polisi Amerika.Tentu saja ada kesan sangat kocak yang muncul saat film itu disulihsuara dengan bahasa Suroboyo. Pada Love Talks, misalnya. Dalam satu adegan, sang pemeran utama wanita tampak tidur dengan pulas. Sementara, sahabat prianya dengan gemas mencoba membangunkan wanita itu. “Hoi, tangio koen. Wis telat iki. Cepetan, iki jange ono acara iki (Hai, bangun. Ini sudah terlambat. Cepat, ini mau ada acara, Red),” kata pria berambut merah itu. Karena bangun dengan tergesa-gesa, handphone si wanita itu ketinggalan.
Di tengah jalan, dia pinjam HP milik seorang jejaka keren. “Nyilih handphone-mu dhisik,” katanya. Si pria yang terbengong hanya bisa bilang, “Hei, balekno handphone-ku,” teriaknya. Insiden inilah yang akhirnya menimbulkan kisah cinta di antara dua orang itu.
Dialog-dialog khas Suroboyoan itu tampaknya memang menjadi ciri khas kuat film-film itu. Buktinya, sejak proses dubbing, film-film tersebut sudah menyedot perhatian. Ini diungkapkan oleh Presiden Direktur JTV Imawan Mashuri. “Itu adalah sesuatu yang baru, lucu dan menyenangkan,” katanya. Dalam istilah Imawan, film boso Suroboyoan itu mampu membangkitkan kembali kegairahan dalam bekerja. Ini dirasakan terutama oleh para dubber yang mengisi suara mulai Februari lalu. “Saat menyelesaikan satu sequence (adegan, Red) akeh sing gak iso ngempet ngguyu (banyak yang tidak bisa menahan ketawa),” ujar Imawan. Memang, adegan-adegan film itu banyak sekali dipenuhi celetukan dan umpatan khas Suroboyoan. Tentu saja, kata-kata khas itu menjadi terdengar lucu. Karena, meluncur dari bibir bintang-bintang film Mandarin dan Barat. “Tetapi, menjadi ciri karakter kuat film tadi,” ujar Imawan.
Bahasa Suroboyo, disebut Imawan memang memiliki karakteristik kuat. Tak heran saat proses dubbing banyak sekali dubber film lain yang menonton.”Satu studio besar sampai menonton semua,” katanya. Walaupun banyak yang tak mengerti boso Suroboyoan, banyak yang suka dengan nuansa baru yang muncul dari film itu. Proses sulih suara itu memang tak digelar di Surabaya. Melainkan di studio Incofo Swara, Jakarta. Hanya saja, menurut Imawan, para pengisi suaranya adalah orang-orang Surabaya yang tinggal di ibu kota. Tak heran, bahasa Surabaya yang disuguhkan pun terdengar asli Suroboyo. Meskipun, di sana sini kadang masih ada bahasa Indonesia yang menyelip. Hal itu memang sengaja dilakukan. “Kami ingin memakai dialog Surabaya sehari-hari,” tutur Imawan. Sehari-hari, orang Surabaya memang masih memakai bahasa Indonesia. Misalnya, jika di kantor. “Kan tidak sopan memakai bahasa ngoko,” tambahnya.
Mengapa harus ada program itu? Sekadar mencari sensasi? Imawan menerangkan bahwa JTV adalah sebuah TV lokal. Oleh karena itu, pihaknya mencoba konsisten mengakomodasikan bahasa-bahasa lokal. “Kita kan punya tiga bahasa utama,” kata Imawan. Selain bahasa Suroboyoan, ada juga bahasa Madura dan bahasa Jawa Mataraman. Saat ini, tiga bahasa itu memang sudah diakomodasikan dalam acara berita di JTV.
Khusus untuk film berbahasa Suroboyo, Imawan mengatakan bahwa salah satu tujuannya adalah melestarikan dan menanamkan kebanggaan berbahasa Suroboyo. “Ini juga untuk membangun jati diri budaya lokal,” ujar Imawan. Jadi, mes kipun program hiburan, Imawan mengatakan bahwa film-film itu juga punya nilai plus. Meski demikian, Imawan mengatakan bahwa tak semua film bisa didubbing dalam bahasa Suroboyoan. “Kita pilih film yang cocok dengan karakteristik Surabaya,” katanya. Oleh sebab itu, tak mungkin film roman klasik atau film horor yang terlalu mencekam dijadikan bahasa Surabaya.
Mungkinkah suatu saat nanti JTV menayangkan film berbahasa Madura? “Mungkin sekali,” tegas Imawan. Seandainya ini terlaksana, film itu tetap akan ditayangkan dengan teks bahasa Indonesia.(doan widhiandono)
sumber : http://id.wordpress.com/tag/dubbing/
oto blitz black
pimmy ride
Exotic Moge
MotoGP
Transportasi Mewah
car body design
No comments:
Post a Comment